z
MAKALAH
“KEMATIAN IBU
DAN BAYI”
Dosen Pembimbing:
Sulistyowati.S,ST. M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok 1
- Afif Niswatul
U (02)
- Astutik (06)
- Dewi Anindita (10)
- Intan Fitria
Ningrum (16)
- Komatul Ukhrowiyah (19)
- Masdian Ariyanti (22)
- Nike Mariska (27)
- Nur Anizawati (31)
- Nur
Mukharomatun N (33)
- Ratna
Sefrilia (38)
- Riani Pratiwi
R (41)
- Roviana Arifatur
R (45)
KELAS: 4B
PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN
STIKES MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2014 / 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Kemampuan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa diukur dengan menentukan
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan perinatal dalam 100.000 persalinan
hidup. Sedangkan tingkat kesejahteraan suatu bangsa ditentukan dengan seberapa
jauh gerakan keluarga berencana dapat diterima masyarakat. (Manuaba, 1998). Kematian maternal
adalah kematian dari setiap wanita sewaktu dalam kehamilan, persalinan dan
dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan tanpa mempertimbangkan lamanya serta
di mana kehamilan tersebut berlangsung (FIGO, 1973).
Kematian
dan kesakitan ibu dan perinatal juga berkaitan dengan pertolongan persalinan
“dukun” sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor pelayanan
medis. Kematian ibu (maternal) bervariasi antara 5 sampai 800 per 100.000
persalinan, sedangkan kematian perinatal berkisar antara 25 sampai 750 per
100.000 persalinan hidup. (Manuaba, 1998). Oleh
karena angka kematian ibu dan perinatal terbesar terjadi di negara berkembang
maka WHO dan UNICEF mencetuskan ide Health for all by the years 2000, dengan
harapan setiap orang mendapatkan pelayanan kesehatan pada tahun 2000. Konsep
pelaksanaan Health for all by the years 2000 menjadi pelayanan kesehatan utama.
Unsur pelayanan kesehatan utama mencakup: Salah satu upaya
pemerintah dalam mempercepat penurunan AKI adalah dengan menempatkan bidan di
wilayah Indonesia khususnya di wilayah pedesaan (Depkes RI, 1995).
Angka
kematian ibu dan kematian perinatal masih tinggi. Sebenarnya kematian tersebut
masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat pertolongan
pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak sanggup untuk
memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap merupakan “trias
klasik”, sedangkan sebab kematian perinatal terutama oleh “trias asfiksia”,
infeksi, dan trauma persalinan. (Manuaba, 1998).
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood dan Making
Pregnancy Safer, yang mempunyai tujuan sama yaitu melindungi hak reproduksi dan
hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan
kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi. Bidan di wilayah pedesaaan
diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kehamilan normal,
kehamilan dengan komplikasi dan kehamilan resiko tinggi, serta mampu memberikan
pertolongan persalinan normal, sehingga dapat mempercepat penurunan AKI (Depkes
RI, 2002).
1.2.Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan kematian ibu dan bayi?
2.
Bagaimana tingkat
kematian maternal dan perinatal?
3.
Apa penyebab
kematian maternal dan perinatal?
4.
Bagaimana upaya
memperbaiki kematian ibu dan bayi?
5.
Bagaimana strategi
percepatan penurunan kematian bayi?
1.3.Tujuan
1.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui pengertian kematian ibu dan bayi
2.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui tingkat kematian maternal dan perinatal
3.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui penyebab kematian maternal dan perinatal
4.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui upaya memperbaiki kematian ibu dan bayi
5.
Agar mahasiswa
dapat mengetahui strategi percepatan penurunan kematian bayi
1.4.Manfaat
1.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat
berpartisipasi dalam penurunan AKI dan AKB sesuai kemampuan dan teori yang
didapat.
2. Bagi Akademi
Dijadikan tolak ukur dan
penilaian sejauh mana mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat
mengetahui tentang kematian ibu dan bayi sehingga dapat berperan serta dalam
upaya menurunkan AKI dan AKB tersebut.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1.Definisi AKI dan AKB
Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,
melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)
Kematian
maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu
kehamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah melahirkan atau penghentian
kehamilan.
Kematian
maternal juga didefinisikan sebagai proporsi kematian pada wanita usia
reproduktif atau proporsi kematian pada semua wanita di usia reproduktif yang
disebabkan oleh penyebab maternal.
Angka
kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara
lahir dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup.
Angka
kematian perinatal (perinatal mortality rate) ialah jumlah kematian perinatal
dikalikan 1000 dan kemudian di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir
mati pada tahun yang sama. (Sarwono,2002:786).
2.2. Tingkat Kematian Maternal dan perinatal
2.2.1
Kematian maternal
Di Negara maju angka kematian
maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Negara
sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup. (Sarwono,2002:23)
Estimasi
AKI Maternal
Indonesia pada tahun 2002-2003 sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran. Di
tahun 2007 AKI turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup). (Survei Demografi dan Kesehatan).
2.2.2
Kematian Perinatal (AKB)
Berdasarkan SDKI (Survei Demografi
dan Kesehatan
Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002- 2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah
46, 35 dan 34 per 1000 kelahiran hidup.
2.3. Penyebab Kematian
Maternal dan Perinatal
2.3.1
Kematian Maternal
a. Faktor
reproduksi meliputi :
a) Usia
Usia paling aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
b) Paritas
Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
c) Kehamilan
tidak di inginkan
b. Komplikasi
obstetric
a) Perdarahan
pada abortus
Perdarahan pervaginam
yang terjadi pada kehamilan trimester I umumnya disebabkan oleh abortus, dan
hanya sebagian kecil saja karena sebab-sebab lainnya.
b) Kehamilan
ektopik
Penyakit radang
panggul, penyakit hubungan seksual atau infeksi pada paska abortus sering
merupakan factor predisposisi pada kehamilan ektopik.
c) Perdarahan
pada kehamilan trimester III
Penyebab utama
perdarahan ini adalah plasenta previe dan solusio plasenta.
d) Perdarahan
post partum
Disebabkan oleh atonia
uteri atau sisa plasenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat. renjat an karena perdarahan banyak segera akan
disusul dengan kematian maternal, jika masalah ini tidak dapat di atasi secara
cepat dan tepat oleh tenaga yang terampil dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai.
e) Infeksi
nifas
Terjadi pada
pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat
asepsis-antisepsis, partus lama, ketuban pecah dini dan sebagainya.
f) Gestosis
Primipara dan gravida
pada usia 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk gestosis.
g) Distosia
Panggung kecil,
persalinan pada usia sangat muda, kelainan presentasi janin, letak lintang
dapat menyebabkan timbulnya distosia.
h) Pengguguran
kandungan
Pengguguran kandungan
secara illegal, merupakan penyebab kematian maternal yang penting. Sisa
jaringan, serta tindakan yang tidak steril serta tidak aman secara medis akan
berakibat timbulnya perdarahan dan sepsis.
c. Factor-faktor
pelayanan kesehatan
a) Kurangnya
kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal
b) Asuhan
medic yang kurang baik
c) Kurangnya
tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
2.3.2
Penyebab Kematian Perinatal
Sebab utama kematian perinatal di Rumah
Sakit Dr.Cipo Mangunkusumo, Jakarta, ialah :
1) Infeksi
2) Asfiksia
neonatorum
3) Trauma
kelahiran
4) Cacat
bawaan/kelainan kongenital
5) Penyakit
yang berhubungan dengan prematuritas dan dismaturitas
6) Imaturitas,
dll.
2.4.Upaya Memperbaiki AKI
dan AKB
2.4.1
AKI
1.
Pencegahan
Keluarga berencana. Jika para ibu yang tidak ingin hamil lagi dapat
memperoleh pelayanan kontrasepsi efektif sebagaimana yang diharapkan, maka akan
berkuranglah prevalensi abortus provokatus serta prevelensi wanita hamil pada
usia lanjut dan paritas tinggi. Dengan berkurangnya faktor resiko tinggi ini maka
kematian maternal akan turun pula secara bermakna. Oleh karena itu pelayanan
keluarga berencana harus dapat mencapai sasaran seluas-luasnya dimasyarakat,
khususnya golongan resiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan rujukan. Pemeriksaan
antenatal yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus resiko tinggi
dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan seharusnya dapat
mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas,
riwayat obstetrik buru, dan perdarahan selama kehamilan. Mereka harus mampu
memberi pengobatan pada penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan, misalnya
anemia. Mereka juga harus mampu mengenal tanda-tanda dini infeksi, partus lama,
perdarahan berlebihan dan mengetahui bilamana saat yang tepat untuk merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
2.
Perbaikan pelayanan
gawat darurat
Walaupun upaya pencegahan
dengan identifikasi faktor-faktor resiko telah dilakukan sebagaiman diuraikan
diatas, namun masih ada kemungkinan komplikasi berat terjadi sewaktu-waktu.
Dalam hal ini rujukan segera harus dilakukan, karena kematian dapat terjadi
dalam waktu singkat. Oleh karena itu petugas kesehatan di lini terdepan harus
dibekali dengan kemampuan melakukan tindakan-tindakan darurat secara cepat.
Perdarahan. Perdarahan post partum sering memerlukan tindakan cepat
dari penolong persalinan, misalnya pengeluaran plasenta secara manual,
memberikan obat-obat oksitosin, masase uterus, dan pemberian cairan pengganti
cairan tranfusi darah.
Infeksi nifas. Kematian karena infeksi nifas dapat dikurangi dengan
meningktkan kebersihan selama persalinan. Kepada penolong persalinan senantiasa
perlu diingatkan tentang tindakan . asepsis pada pertolongan persalinan.
Antibiotika perlu diberikan pada persalinan lama dan ketuban pecah dini.
Gestosis. Petugas kesehatan harus mampu mengenal tanda-tanda awal
gestasis seperti edema,.hipertensi, hiperrefleksia, dan jika mungkin
proteinuria. Jika gestosis memberat maka diperlukan rujukan.
Distosia. Gravida dengan postur
tubuh kecil atau terlalu pendek, primi atau grandemultigravida, perlu di
curigai akan kemungkinan terjadinya distosia oleh karena disproporsi
sefalopelvix. Pemanfaatan partograf untuk mendeteksi secara dini persalinan
lama terbukti dapat menurunkan angka kematian maternal.
Abortus provokatus. Kematian
karena abortus provokatus seharusnya dapat di cegah, antara lain dengan
pelayanan kontrasepsi efektif sehingga kehamilan yang tidak diingkan dapat
dihindari. Pengobatan pada abortus incomplate adalah kuretase,yang seharusnya
dapat dilakukan di lini terdepan. Jika diragukan apakah sebelumnya telah
dilakukan usaha abortus provokatus, perlu diberikan antibiotik, walaupun belum
ada tanda-tanda infeksi. Jika sudah terjadi infeksi, perlu diberikan antibiotik
lebih tinggi secara intravena.
3.
Perbaikan jaringan
pelayanan kesehatan
Pengadaan tenaga terlatih di pedesaan. Di indinesia sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun,
khususnya yang berlangsung di desa desa. Para dukun ini harus dimanfaatkan dan
diajak bekerjasama antara lain dengan melatih merek dalam teknik asepsis dan
pengenalan dini tanda tanda bahaya serta kemampuan pertolongan pertama dan
mengetahui kemana rujukan yang harus dilakukan pada waktunya. Pada saat ini
pemerintah sedang mengupayakan pengadaan tenaga bidan untuk setiap desa,
sehingga diperkirakan perlu dididik sekitar 80.000orang bidan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut sampai pelita VI.
Peningkatan kemampuan puskesmas.
Puskesmas yang merupakan fasilitas rujukan pertama dari petugas lini terdepan
perlu dilengkapi dengan dokter terlatih serta kelengkapan yang diperlukan untuk
mencegah kematian maternal. Puskesma seharusnya mampu mengatasi perdarahan
akut, tersedia antibiotik dan cairan yang cukup, dan mampu memberikan
pertolongan bedah obstetris sederhana.
Rumah sakit rujukan. Rumahsakit
rujukan harus dilengkapi dengan fasilitas tranfusi darah, listrik, air bersih,
alat alat operasi, anastesi, antibiotik dan obat serta bahan lain, dan tenaga
terlatih.
2.4.2
AKB
a. Perbaikan
keadaan social dan ekonomi.
b. Kerjasama
yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat,
dokter umum, dan perawat kesejahteraan ibu dan anak.
c. Pemeriksaan
postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal.
d. Pendaftaran
kelahiran dan kematioan janin serta kematian bayi secara sempurna.
e. Perbaikan
kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain memperbaiki
keadaan gizi ibu dan menemukan high risk
mothers untuk dirawat dan diobati.
f. Ibu
dengan high risk pregnancy hendaknya
melahirkan di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup.
g. Perbaikan
teknik diagnosis gawat-janin.
h. Persediaan
tempat perawatan yang khusus untuk berat-badan lahir rendah.
i.
Perbaikan resusitasi
bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik perawatan bayi baru
lahir terutama bayi premature.
j.
Penyelidikan
sebab-sebab intrauterine undernutrition.
k. Pencegahan
infeksi secara sungguh-sungguh, dll.
2.5.
Strategi Percepatan Penurunan AKB
1. Meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas baik ditingkat dasar maupun
rujukan, terutama bagi bayi dan balita dengan menggunakan intervensi yang telah
terbukti menurunkan AKB:
a. Tatalaksana penanganan asfiksia
(bayi lahir tidak bisa menangis spontan) dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
b. Kunjungan neonatal secara berkala.
c. Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
d. Pelayanan Emergensi.
2. Menggerakkan dan mendorong
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat luas untuk hidup sehat.
3. Menggerakkan penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
4. Meningkatkan sistem surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan anak.
BAB
3
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Kematian
maternal/AKI merupakan kematian wanita
sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan,
tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang
berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan
atau oleh penyebab tambahan lainnya.
Penyebab
kematian maternal adalah
karena faktor reproduksi, komplikasi obstetric, factor-faktor pelayanan
kesehatan. Penyebab
kematian perinatal adalah karena infeksi, asfiksia neonatorum, trauma kelahiran, cacat bawaan/kelainan
kongenital, dll.
Upaya
memperbaiki AKI adalah melalui
pencegahan, perbaikan pelayanan gawat darurat, perbaikan jaringan pelayanan
kesehatan. Upaya memperbaiki AKB adalah melalui perbaikan
keadaan social dan ekonomi, kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli
kesehatan anak, ahli kesehatan masyarakat, dokter umum, dan perawat
kesejahteraan ibu dan anak, dll.
3.2.SARAN
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas
selanjutnya penulis mengajukan beberapa
saran, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan AKB sesuai kemampuan
dan teori yang sudah didapatkan.
2. Untuk Akademi
Diharapkan
Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa apakah sudah memahami
penjelasan dari tugas yang diberikan.
3. Untuk
Masyarakat
Diharapkan
masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan upaya-upaya yang sudah dan yang akan
dilaksanakan untuk menekan AKI dan AKB.
Prawirohardjo,Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka
Manuaba,Ida Bagus.2001.Kapita Selekta
Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.Jakarta:EGC